Minahasa, Saksi Lahirnya Orthodox di Bumi Nyiur Melambai

Seorang umat Orthodox di Minahasa mendapat pelayanan dalam perjamuan di Ibadah Kenaikan Tuhan Yesus Kristus oleh Romo Michael Momongan di Desa Raringis Selatan, Langowan. (foto Kelly Korengkeng kanalmetro)
Seorang umat Orthodox di Minahasa mendapat pelayanan dalam perjamuan di Ibadah Kenaikan Tuhan Yesus Kristus 
oleh Romo Michael Momongan di Desa Raringis Selatan, Langowan. (foto Kelly Korengkeng kanalmetro)


Tahun 2005, Romo Gregorius Adri Momongan, seorang putra Minahasa yang telah menganut agama Kristen Orthodox di Jakarta kembali ke tanah kelahirannya Desa Raringis, Kecamatan Langowan Barat, Kabupaten Minahasa.

Kembalinya Romo Greg (sapaan akrab Gregorius, red) adalah untuk memulai pelayanan penyebaran agama Kristen Orthodox di Sulawesi Utara (sulut) atau biasa dikenal dengan Bumi Nyiur Melambai.

Langkah pertamanya dimulai dari tempat dirinya dilahirkan yakni di Desa Raringis, Langowan dengan menghadirikan Parokia (sebutan wilayah Gereja Orthodox, red) JS Gregorius dari Nyissa.

Dimana letak gerejanya sebagai pusat peribadatan kini sudah berdiri tegak di Desa Raringis Selatan. Namun baru sekitar tiga tahun melakukan pelayanannya, Romo Greg meninggal dunia pada 20 Februari 2008 .

Cerita pendek itu mengawali perbincangan tim Kanal Metro bersama Ketua Gereja Orthodox Indonesia Romo Daniel Byantoro di Desa Raringis Selatan, Kamis (10/6/2021).

Lanjutnya, awal dirinya bertemu dengan Romo Greg adalah ketika sedang mengajar sejarah pada salah satu sekolah Teologia di Jakarta. Greg merupakan salah satu mahasiswa di sekolah itu.

Usai mendengarkan penjelasan Romo Daniel, Romo Greg yang ketika itu masih bernama Adri Momongan menyatakan akan ikut bersama dalam agama Orthodox.


Romo Daniel membawakan Khotba dalam Ibadah Kenaikan Tuhan Yesus Kristus (foto Kelly Korengkeng kanalmetro)

“Awalnya saya memastikan dulu ke Romo Greg soal keseriusan. Akhirnya saya menyekolahkannya ke Rusia selama tiga tahun. Ketika balik dan benar – benar sudah bisa, disitulah dia pulang ke Minahasa untuk menyebarkan agama Orthodox,” kata Romo yang merupakan putra Indonesia pertama menjadi penganut agama Orthodox.

Harapan Daniel, Romo Greg bisa memulai pelayanan dari Kota Manado. Namun pilihannya lain, yakni mengawalinya dari tanah kelahirannya.

“Saya tak bisa lagi melarangnya, tapi membiarkannya untuk terus berkarya karena awalnya berkehendak memulai dari sebuah Kota besar yakni Manado,” jelas Romo Daniel.  

Daniel pun mengaku sempat sedikit terpukul ketika mendengarkan kematian Romo Greg. Hingga akhirnya meminta Michael Momongan sebagai adik dari Romo Greg untuk melanjutkan karya sang kakak.

Michael pun menyetujui, sehingga langsung digembleng untuk menjadi seorang Romo di Kota Solo guna melanjutkan karya pelayanan agama Orhodox di Minahasa.

“Kami telah menetapkan setiap 20 Februari yang merupakan hari meninggalnya Romo Greg sebagai peringatan sejarah agama Orthodox di Minahasa,” ungkapnya.

Gereja Orthodox di Desa Raringis Selatan, Minahasa (Foto Kelly Korengkeng kanalmetro)


Sehingga dari buah pelayanan Romo Greg hingga kini agama Kristen Orthodox mulai tumbuh berkembang di Sulut dengan adanya tiga Parokia, Js Gregorius dari Nyissa di Raringis, Js Mikhael Sang Penghulu Malaikat di Wanea Manado serta Js Stevanus Sang Marti Pertama di Amurang Minahasa Selatan (Minsel).

“Ketiganya sudah ada ijin resmi dari pemerintah. Ada pula komunitas – komunitas yang sedang dibangun di beberapa wilayah, seperti di Tondano untuk Minahasa,” tambahnya.

Memang dikatakan Romo Daniel jika awalnya kehadiran agama Kristen Orthodox di Sulut sempat mengalami kesulitan berupa penolakan warga lain namun tak terlalu nampak lantaran bukan tindakan fisik. Bahkan bukan pula berupa tidakan yang frontal, namun mereka tak mempermasalahkannya.

Buktinya sampai saat ini kehadiran agama Orthodox di Sulut tak lagi menemui hambatan. Salah satu hal yang membuat jalannya mulus adalah setiap pemimpinya adalah warga lokal agar benar – benar paham dengan budaya setempat.

Romo Michael menambahkan untuk di Raringis sendiri kini ada 10 Kepala Keluarga (KK) yang telah menjadi umat dalam Gereja Orthodox Js Gregorius dari Nyissa.

“Aktivitas kehidupan sosial kami ditengah masyarakat biasa – biasa saja karena tak ada masalah. Masyarakat umum juga menerima kami seperti lainnya,” pungkasnya.

AWAL MULA DI INDONESIA

Romo Daninel juga menceritakan soal awal mula hingga agama Kristen Orthodox masuk ke Indonesia. Yakni ketika dirinya menjalankan studinya sebagai seorang mahasiswa di Korea Selatan tepatnya 6 September 1983 dirinya pun resmi bergabung.

Dari situ dirinya memperdalam soal agama Orthodox hingga di tahun 1987 ditahbiskan sebagai seorang Romo.

“Saya adalah orang Indonesia pertama yang menganut dan ditahbiskan menjadi Romo dalam Orthodox,” jelasnya.

Dikatakannya pula bahwa usai ditahbiskan, dirinya menjalankan misi pertamanya  di Kota Solo, Jawa Tengah pada tahun 1988. Dan setelah mulai berkembang, misi dilanjutkan ke Jakarta hingga akhirnya saat ini sudah hadir di sejumlah Provinsi di Indonesia.


Ibadah Kenaikan Tuhan Yesus Kristus (foto Kelly Korengkeng kanalmetro)

ORTHODOX DAN PEMERINTAH

“Tahun 1991 kami sudah diterima Departemen Agama Republik Indonesia dan dimasukan dibawa Dirjen Protestan. Tapi kami bukan Protestan. Namun karena hanya ada Protestan dan Katolik sehingga kami memilih. Intinya hanya dilindungi secara hukum dibawa Dirjen Protestan, tapi pemerintah tak pernah ikut campur urusan kedalam kami,” tukasnya.

Bahkan sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Orthodox pun terus ikut ambil bagian dalam mendukung program – program pemerintah. Dan bahkan bisa memberikan kontribusi bagi masyarakat luas dan Pemerintah.

Sehingga soal hubungan dengan pemerintah dikatakan Romo Daniel jika saat ini berjalan baik, termasuk di seluruh daerah tempat hadirnya agama Orthodox.

“Bagi kami, Pancasila adalah yang terbaik bagi bangsa Indonesia. Intinya saling mengasihi, karena setiap agama punya tradisi dan cara sendiri didalamnya. Tanda kedewasaan kita adalah harus setuju didalam ketidaksetujuan, sehingga nantinya bisa saling menjaga keharmonisan,” katanya.

GAMBARAN SINGKAT AGAMA ORTHODOX

Romo Daniel menjelaskan bahwa kata Orthodox berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yakni, Orthos berarti lurus atau benar sedangkan Doxa pengajaran atau kepercayaan. Sehingga diartikan sebagai pengajaran yang lurus.

Menurutnya, agama Kristen Orthodox pun dikenal pula dengan Gereja Mula – mula atau Gereja Timur dan atau pula Gereja Purba. Dimana mayoritas penganutnya berada di Yunani, Arab, Rusia, Sesir dan beberapa negara lainnya.

Sedangkan di Indonesia sendiri secara kanonikal berada di bawah Greek Genuine Orthodox Church (GGOC) Yunani.

Dirinya pun memberikan gambaran singkat soal beberapa perbedaan agama Kristen Orthodox dengan Kristen lainnya seperti Protestan dan Katolik.

Dicontohkannya soal penetapan beberapa hari raya keagamaan seperti perayaan kelahiran, kebangkitan dan Kenaikan Yesus Kristus. Dimana menurutnya itu ada perbedaan dalam penggunaan kalender.

Pembaptisan salah satu umat baru Gereja Orthodox di Sulut


Orthodox menggunakan kalender yang lebih tua dengan nama Julian karena dibuat pada masa kaisar Romawi Julius. Sedangkan Kristen Barat (Katolik dan Protestan, red) menggunakan kalender Gregorian.

Dimana pada abad XIII, Paus Roma Gregorius merasa kurang tepat dengan penggunaan kalender Julian sehingga menggantikan dengan yang baru dan digunakannya sampai saat ini oleh sebagian besar orang.

Nah perhitungan Gereja Barat, Natal dirayakan pada setiap 25 Desember. Sedangkan untuk Orthodox menghitungnya 13 hari sesudah tanggal 25 Desember, yakni perayaan Natal setiap 6 Januari.

Begitu juga dengan Perayaan Kebangkitan Kristus yakni Paskah. Perhitungan Orthodox dirayakan pada seminggu sesudah Paskah Umat Yahudi atau bersamaan dengan musim semi di Negara Palestina.

“Jika hari raya Kenaikan Tuhan Yesus Kristus perhitungannya kami yakni 40 hari sesudah Kebangkitan. Jadi ini sudah sangat jelas, dalam soal tanggal hari raya Gereja Barat selalu tetap sedangkan Gereja Timur berbeda,” pungkasnya.

GAMBARAN MINAHASA

Kabupaten Minahasa memiliki 25 kecamatan yang didalamnya terdapat 43 kelurahan dan 227 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya sebesar 336.015 jiwa dengan luas wilayahnya 1.114,87 km² dan sebaran penduduk 301 jiwa/km².

Sebagian besar warga Minahasa menganut agama Kristen Protestan, Katolik dan Muslim. Namun soal kerukunan dan toleransi beragama di Minahasa berjalan dengan baik.


Berita dan foto ini telah dipublikasikan di www.kanalmetro.com, 11 Juni 2021

Komentar